Adalah Don Lopez comte de Paris yang kekar itu, dan berbicara lebih
fasih berbahasa Prancis ketimbang bahasa ayah-ibunya Spanyol, yang
pertama kali menyuruh budak-budak perempuan itu menutup payudaranya.
Kepada budak-budak perempuan di Semarang yang mengerjakan pos di
kota ini — yaitu jalan besar yang sampai 1950-an bernama Bojong, dan
kini Pemuda — Don Lopez memotong-motong kain putih dan memberi
kepada salah seorang budak perempuan yang tergolong cantik dan belia.
Sambil memberikan potongan kain putih itu kepada budak perempuan
tersebut, dia berkata, "Tutup Bagian berharga itu." Dia menggunakan
bahasa Prancis untuk kata 'berharga' tersebut. Dalam bahasa Prancis,
/coutant/ berarti 'berharga'.
Sambil menerima kain putih yang diberi oleh Don Lopez, budak
perempuan itu memandang bingung.
"/Kangge nopo iki, ndoro Tuan?/" tanya budak cantik itu.
Sambil menunjuk-nunjuk payudara perempuan itu, Don Lopez berkata,
"/Coutant! Coutant!/"
Budak perempuan itu makin bingung. Dia melihat payudaranya, apakah
ada yang salah dari payudaranya itu.
"/Kulo boten ngertos, ndoro Tuan,/" katanya.
Lagi Don Lopez berkata, "/Coutant!/"
Orang-orang melihat adegan itu sertamerta mengira bahwa kain putih
yang ditunjuk-tunjuk ke payudara untuk dipakai sebagai penutup
adalah namanya /coutant/.
Seorang budak yang berdiri di dekat budak perempuan itu lantas
berkata kepadanya, "O kuwi jenenge /kutang/."
Sejak itu lahirlah entri baru dalam bahasa rakyat yang salah kaprah,
bahwa 'kutang' adalah kain pembungkus payudara. Share
0 komentar:
Posting Komentar